latihan

pelatihan YPBB.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Monday, May 19, 2014

Memindahkan sampah=memindahkan masalah



Rumah kita bersih tetapi di suatu tempat terkena dampak.

Memindahkan sampah=memindahkan masalah

Hal ini kembali terangkatdalam pelatihan Zero Waste Lifestyle bersama SMAN 3 . Pelatihan ZWL yang berlangsung tanggal 10 Mei kemarin ini berlangsung dengan seru. Di awali dengan ice breaking dahulu ini sangat seru. Dalam pelatihan ini slogan di atas kembali di bahas. Ada seorang guru yang merasa terguga dengan hal ini. Dia berrefleksi terhadap dirinya, bahawa beliau telah mendzolimi saudaranya yang tempat tinggalnya berada di dekat TPA. Hal ini dipicu oleh sepenggal video yang menggambarkan tentang Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah yang sudah ditutup beberapa tahun silam akibat memakan korban.

Dalam video tersebut memperliatkan bahwa sampah ang kita hasilkan berkumpul di sana dan mereka menerima dampaknya. Dalam pelatihan ini dijelaskan bahwa sampah ini dapat menimbulkan racun yang sangat berbahaya seperti terkena penyakit kanker. Sampah yang kita hasilkan jika terpapar sinar matahari, dibakar atau dikubur itu berbahaya lho. Apalagi beberapa jenis sampah ada yang tergolong ke dalam sampah dengan jenis B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), salah satu contohnya adalah batu batere. Hal ini perlu menjadi perhatian, mengapa kita perlu memisahkan sampah kita sejak awal dibuang. Ada beberapa sampah yang memang memiliki penanganan sendiri.
Selain memisahkan sampah, kita perlu memanfaatkan sampah.

Memanfaatkan sampah?

Terdengar dari pertanyaan itu pasti pikiran kita anggap jijik atau jorok. Kita bisa memanfaatkan sampah lho sebenarnya. Salah satu contohnya sampah organis sisa dapur, kita dapat manfaatkan menjadi kompos. Sedangkan sampah non organis dapat dimanfaatkan untuk di daur ulang. Nah, untuk sampah non organis ini perlu penangan sendiri dalam artian kita perlu mencari orang atau tempat yang menerima pendaur ulangan yang benar. Tidak hanya sembarangan memberikan karena ada beberapa orang yang mau saja menerima bahan non organis itu tapi nyatanya jadi di bakar. Membakar sampah itu jelas sudah dilarang dalam UU no 18 tahun 2008 karena tidak sesuai dengan teknis pengelolaan sampah.

Sampah yang kita hasilkan  ini sebenarnya dapat kita minimalkan sejak dari awal. Dengan teknik memisahkan dan manfaatkan saja kita sudah bisa menguranginya sampai 70%. Nah baimana dengan sisanya? Bisa kita minimalkan juga dengan mulai untuk ber #ZeroWaste. Seperti ketika kita ingin membeli makanan atau bahan makanan ini, usahakan untuk membawa wadah sendiri. Atau kita bisa membuat makanan sendiri di rumah bersama keluarga itu jauh lebih baik, selain kia tahu bahan-bahannya dan makana jauh lebih sehat. Selain itu kita juga perlu mencari barang-barang yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama, seperti batu batere yang merupakan bahan beracun dan berbahaya ini. Batu batere ini kita ganti dengan batu batere yang dapat di charger yang masa pakainya jauh lebih lama. Kemudian lampu, kita bisa gunakan lampu hemat energi yang jauh lebih terang serta hemat energi dari pada bohlam biasa.

Selain itu, dalam pelatihan ZWL yang berdurasi 3jam ini diperkenalkan cara pengkomposan dengan menggunakan takakura (untuk pengkomposana di ruangan) serta bor biopori yang berfungsi membuang lubang yang digunakan untuk mengkompos.

Bagaimana? Apakah kita bisa memulai untuk ber #ZeroWaste Lifestyle dari rumah kita? Dan kemudian dapat di aplikasikan di sekolah? 

Tentu bisa asal ada kemauan dari diri kita. Mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil dan mulai saat ini .

Wednesday, May 7, 2014

Bandung Lautan Sampah

Seperti kita tahu masalah sampah seolah tak pernah ada habisnya. Jika menengok kebelakang sekitar tahun 2005, di kota Bandung pernah terjadi penumpukkan sampah dimana-mana yang berakibat Bandung mendapat gelar “ Bandung Lautan Sampah”. Hal ini cukup membuat miris.
Rabu tanggal 30 April kemarin, SMK Pasundan 3 Mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan Zero Waste Lifestyle bersama XL dan My Oyeah. Pelatihan ini mengajak para pesertanya untuk bisa menyelesaikan 70 % masalah sampah dari rumahnya masing-masing. Pelatihan ini yang diawali dengan ice breaking ini sangat menyennagkan. Dalam pelatihan ini mengajak pesertanya untuk mulai memilah dan memanfaatkan kembali.

Tak hanya itu saja, peserta diajak untuk mulai mengkompos dengan menggunakan media takakura. Pelatihan yang tidak hanya menyajikan materi tetapi peserta juga diajak untuk berpartisipasi dan diskusi. Pelatihan yang berdurasi 3 jam ini menjadi tidak membosankan.
70% masalah sampah di rumah ini bisa diselesaikan dengan memisahkan sampah dan manfaatkan. Sampah organik hasil dari makanan dan sampah dapur dapat di kompos. Sedangkan sampah anorganik bisa diberikan pada pengepul. Nah bagaimana dengan 30 %-nya, dalam pelatihan ini dijelaskan bahwa sisanya kita bisa mulai dengan  mengurangi barang-barnag yang berpotensi menghasilkan sampah. Seperti dalam membeli makanan dalam kemasan bisa kita ganti dengan membuat makanan tersebut atau membeli makanan kiloan. Karena yang kita butuhkan adalah makannannya bukan bungkusnya. 
 
Setelah pelatihan ini peserta diajak untuk mengelilingi Urban Center YPBB. Dimana peserta diajak mengunjungi toko organis, melihat panel surya dan biodigester. Toko organis ini merupakan tempat berbelanja barang penunjang hidup organis serta zero waste, peserta diterangkan bahwa belanja di toko organis ini tidak menyediakan plastik seperti di toko biasa jadi belanjanya juga zero waste. Setelah itu, peserta diajak melihat panel surya, salah satu alternatif penganti listrik  dan diakhiri dengan memperlihatkan biodigester yang digunakan sebagai salah satu media pengelolaan sampah organis. 

Pelatihan Zero Waste Lifestyle yang berdurasi 3 jam ini semoga dapat bermanfaat dan bisa dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari di tengah keinginan manusia yang ingin hidup dalam kepraktisan dan budaya yang hanya sekali pakai (cenderung menghasilkan sampah). (PR)

Mari PISMAN (PISahkan MANfaatkan)



Sabtu 26 April 2014 YPBB kembali menggelar pelatihan Zero Waste Lifestyle (ZWL) yang merupakan kegiatan pelatihan ke 5 dari 8 rangkaian kegiatan yang sudah di rencanakan YPBB untuk sekolah-sekolah menengah terpilih yang berasal dari kota Bandung melalui program Imagine Bandung yang di rancang oleh My Oyeah dan di sponsori  XL.

Sebelumnya sudah ada 4 kegiatan pelatihan yang di ikuti oleh 4 sekolah menengah dari kota Bandung yaitu : SMAN 4 Bandung, SMAN 13 Bandung, SMAN 16 Bandung dan SMKN 15 Bandung. Peserta yang berkesempatan mengikuti kegiatan pelatihan hari itu adalah SMKN 12 Bandung yang dihadiri oleh perwakilan dari guru sekolah, diantaranya wakasek, perwakilan guru dari Adiwiyata dan guru yang lainnya. Tak ketinggalan hadir juga beberapa perwakilan Siswa, petugas kantin, satpam sampai dengan petugas kebersihan sekolah SMKN 12 Bandung.


Seperti pelatihan sebelumnya, pelatihan dibuka oleh panitia acara diawali dengan ice breaking yang bertujuan untuk membangkitkan dan mengangkat konsentrasi serta semangat peserta supaya lebih maksimal dalam mengikuti materi pelatihan yang diberikan oleh fasilitator. Nampak gelak tawa dari kejadian-kejadian lucu dalam game tersebut sebagai tanda keceriaan peserta sabtu pagi di urban center YPBB Jl.Sidomulyo No.21 Bandung sebagai tempat diselenggarakannya pelatihan.

Selepas game yang diberi nama game bolot-bolotan acara dilanjutkan dengan sesi perkenalan dari tim fasilitator, fasilitator yang hadir untuk memberikan materi pelatihan berjumlah 3 orang yaitu Anilawati Nurwakhidin, Eli Ermawati dan Muhammad Hatta. Sesi perkenalanpun diakhiri dengan perkenalan singkat dari peserta yang  berasal dari SMKN 12 Bandung yang di koordinir oleh Ibu Titi Juhaeti, S.Pd yang merupakan guru dari tim Adiwiyata sekolah SMKN 12 Bandung yang dalam pelatihan kali ini bertugas sebagai penanggung jawab sekolah mewakili kepala sekolah yang kebetulan tidak bisa hadir mengikuti acara pelatihan Zero Waste Lifestyle.

Sesi pertama dibuka dengan pemberian materi tentang perjalanan sampah. Sang fasilitator Eli Ermawati mengajak peserta untuk meriview dan menuliskan perjalan sampah peserta dari mulai dihasilkan sampai tidak tahu kemana akhirnya. Setelah itu beberapa perwakilan peserta melakukan presentasi yang sebagian banyak ternyata sampah berakhir di TPA dan ada juga yang ternyata berakhir di sungai. Selanjutnya peserta di ajak untuk menonton film singkat tentang TPA Leuwi Gajah yang disusul dengan pemberian materi tentang bahaya sampah dan racun sampah. Dari beberapa materi yang diberikan di sesi pertama didapatkan kesimpulan bahwa membuang sampah berarti memindahkan masalah ditempat tinggal kita bersih tetapi di tempat orang lain seperti TPA menjadi masalah.
 
Materi sesi pertama selesai dan peserta diberikan waktu break sejenak untuk menikmati sajian snack yang dihidangkan secara zero waste atau tidak menghasilkan sampah.
Waktu break yang diberikan beberapa menit dan juga sajian snack lumayan membantu mengembalikan konsentrasi dan semangat peserta sehingga di sesi kedua peserta lebih antusias lagi untuk mengikuti materi yang diberikan oleh Muhamad Hatta sebagai fasilitator yang membawakan materi di sesi kedua dalam pelatihan tersebut. Materi yang diberikan di sesi kedua berisi tentang pengelolaan 70% sampah rumah tangga, untuk mulai mengurangi 70% persoalan sampah diawali dengan menjalankan 2 langkah sederhana. 2 langkah sederhana tersebut adalah “pisahkan dan manfatkan” atau kalau supaya lebih keren maka disingkat dengan istilah “PISMAN” (pisahkan dan manfaatkan).

Dalam menjalankan 2 langkah sederhana diatas  peserta diajak untuk mengenal jenis-jenis sampah dah praktek memisahkan material sesuai dengan jenisnya yang merupakan bagian dari pengelolaan material sampah non organis. Sementara untuk pengelolaan material organis, dikenalkan dengan beberapa cara untuk mengelola termasuk menggunakan alat pengkomposan sederhana yang menggunakan alat pengkomposan takakura dan bor biopori sebagai alat untuk membuat lobang resapan biopori. Kedua alat tersebut digunakan untuk mengelola material organis sekala rumah tangga. Dengan mengelola material non organis dan material organis secara konsisten di tingkat pribadi maka dengan demikian sudah bisa mengurangi 70% persoalan sampah dalam sekala rumah tangga.
Jika 70% persoalan sampah sudah bisa di kurangi maka sisa persoalan sampah yang 30% nya dilakukan dengan langkah “mengurangi dan mencegah” seru Anilawati sebagai fasilitator yang membawakan materi sesi ke 3 dalam pelatihan tersebut. Konsep mengurangi dilakukan dengan cara, tidak mengkonsumsi makanan atau membeli barang yang berpotensi menimbulkan sampah contohnya membeli snack yang menggunakan kemasan plastik saset dll. Langkah mengurangi tersebut bisa dilakukan dengan menggunakan tas kain sebagai pengganti kantong plastik atau wadah makanan sendiri saat berbelanja makanan dll. Sehingga pada akhirnya dalam setiap langkah kita tidak lagi menghasilkan sampah.

Anilawati Nurwakhidin menghimbau dan mengajak kepada semua peserta, setelah mengikuti pelatihan zero waste lifestyle YPBB “mari mulai belajar menerapkan dalam setiap aktivitas pribadi” supaya bisa mempengaruhi orang lain sehingga nantinya bisa menerapkan di sekolah SMKN 12 Bandung.

Acara pelatihan Zero Waste Lifestyle YPBB  ke 5 dalam rangkaian program Imagine Bandung tersebut diakhiri dengan sesi tour keliling urban center untuk melihat dan mengenal beberapa demonstrasi sarana penunjang gaya hidup organis (gaya hidup selaras alam) yang tersedia di urban center YPBB yang dilakukan setelah acara foto bersama peserta dan panitia pelatihan yang merupakan sebuah ritual dalam setiap kegiatan sebagai bahan untuk dokumentasi peserta maupun panitia pelatihan.(ES)