Rumah kita bersih tetapi di suatu tempat terkena dampak.
Memindahkan sampah=memindahkan masalah
Hal ini kembali terangkatdalam pelatihan Zero Waste
Lifestyle bersama SMAN 3 . Pelatihan ZWL yang berlangsung tanggal 10 Mei
kemarin ini berlangsung dengan seru. Di awali dengan ice breaking dahulu ini
sangat seru. Dalam pelatihan ini slogan di atas kembali di bahas. Ada seorang
guru yang merasa terguga dengan hal ini. Dia berrefleksi terhadap dirinya,
bahawa beliau telah mendzolimi saudaranya yang tempat tinggalnya berada di
dekat TPA. Hal ini dipicu oleh sepenggal video yang menggambarkan tentang
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah yang sudah ditutup beberapa tahun
silam akibat memakan korban.
Dalam video tersebut memperliatkan bahwa sampah ang kita hasilkan
berkumpul di sana dan mereka menerima dampaknya. Dalam pelatihan ini dijelaskan
bahwa sampah ini dapat menimbulkan racun yang sangat berbahaya seperti terkena
penyakit kanker. Sampah yang kita hasilkan jika terpapar sinar matahari,
dibakar atau dikubur itu berbahaya lho. Apalagi beberapa jenis sampah ada yang
tergolong ke dalam sampah dengan jenis B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), salah
satu contohnya adalah batu batere. Hal ini perlu menjadi perhatian, mengapa
kita perlu memisahkan sampah kita sejak awal dibuang. Ada beberapa sampah yang
memang memiliki penanganan sendiri.
Selain memisahkan sampah, kita perlu memanfaatkan sampah.
Memanfaatkan sampah?
Terdengar dari pertanyaan itu pasti pikiran kita anggap
jijik atau jorok. Kita bisa memanfaatkan sampah lho sebenarnya. Salah satu
contohnya sampah organis sisa dapur, kita dapat manfaatkan menjadi kompos.
Sedangkan sampah non organis dapat dimanfaatkan untuk di daur ulang. Nah, untuk
sampah non organis ini perlu penangan sendiri dalam artian kita perlu mencari
orang atau tempat yang menerima pendaur ulangan yang benar. Tidak hanya
sembarangan memberikan karena ada beberapa orang yang mau saja menerima bahan
non organis itu tapi nyatanya jadi di bakar. Membakar sampah itu jelas sudah
dilarang dalam UU no 18
tahun 2008 karena tidak sesuai dengan teknis pengelolaan sampah.
Sampah yang kita hasilkan
ini sebenarnya dapat kita minimalkan sejak dari awal. Dengan teknik
memisahkan dan manfaatkan saja kita sudah bisa menguranginya sampai 70%. Nah
baimana dengan sisanya? Bisa kita minimalkan juga dengan mulai untuk ber
#ZeroWaste. Seperti ketika kita ingin membeli makanan atau bahan makanan ini,
usahakan untuk membawa wadah sendiri. Atau kita bisa membuat makanan sendiri di
rumah bersama keluarga itu jauh lebih baik, selain kia tahu bahan-bahannya dan
makana jauh lebih sehat. Selain itu kita juga perlu mencari barang-barang yang
dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama, seperti batu batere yang
merupakan bahan beracun dan berbahaya ini. Batu batere ini kita ganti dengan
batu batere yang dapat di charger yang masa pakainya jauh lebih lama. Kemudian
lampu, kita bisa gunakan lampu hemat energi yang jauh lebih terang serta hemat
energi dari pada bohlam biasa.
Selain itu, dalam pelatihan ZWL yang berdurasi 3jam ini
diperkenalkan cara pengkomposan dengan menggunakan takakura (untuk
pengkomposana di ruangan) serta bor biopori yang berfungsi membuang lubang yang
digunakan untuk mengkompos.
Bagaimana? Apakah kita bisa memulai untuk ber #ZeroWaste
Lifestyle dari rumah kita? Dan kemudian dapat di aplikasikan di sekolah?
Tentu bisa asal ada kemauan dari diri kita. Mulai dari diri
sendiri, mulai dari hal yang kecil dan mulai saat ini .