latihan

pelatihan YPBB.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sunday, November 11, 2012

ZERO WASTE LIFESTYLE


        “ZERO WASTE...HIDUP SEHAT TANPA SAMPAH” 

  
 Pada tanggal 22 Juli 2012 di kelurahan Husein Sastranegara tepatnya di SD Pelita Jasa, telah terjadi suatu ‘pencerahan’ luar biasa kepada ibu-ibu warga setempat. Bukan karena ada acara keagaamaan, pemasangan listrik oleh PLN atau pembagian lampu gratis. Tapi karena adanya pelatihan Zero Waste Lifstyle yang diadakan oleh kerjasama antara YPBB (Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi) dengan Tim KKN Lingkungan Hidup UPI.

   Kenapa pelatihan ini sampai disebut ‘pencerahan’ (dikasih kutip, cetak miring dan tebal lagi)? Well, pelatihan yang berdurasi sekitar 3 jam ini berhasil memikat para ibu di RW 05 dan mengubah cara pandang mereka kepada sampah-sampah hasil dari kehidupan mereka. Mba Anil dan Kak Rahyang dari YPBB memulai cerita perjalanan sampah yang berkakhir di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Leuwi Gajah, diperlihatkannya kondisi TPA yang nampak kotor, kumuh dan menjijikan melalui pemutaran video. Lalu dengan diberikannya sebuah permainan yang menarik dan ditunjukkannya bahwa sampah itu seperti bom yang dilemparkan oleh seseorang kepada orang lain sehingga merugikan orang lain, maka agar tidak merugikan orang lain harus dihentikan kebiasaan membuang sampah. Dan dengan antusias luar biasa para ibu bertanya, “Gimana caranya???”. Lalu dengan bijak Kak Rahyang berkata, “Tunggu sesi selanjutnya.”
Setelah diberikan gambaran perjalanan sampah, dilanjutkan dengan pemberian materi untuk membagi sampah kedalam dua bagian yaitu sampah organik dan anorganik. Lagi-lagi para ibu diajak memainkan sebuah permainan agar dapat memilah sampah organik dan anorganik, dan bukan menjadi hal mudah karena adanya sampah yang membuat ibu-ibu tersebut kebingungan apakah sampah tersebut termasuk organik atau anorganik. Lalu solusi diberikan oleh Mba Anil bahwa sampah yang tidak diketahui asal muasal pembuatannya atau “unknown” maka disimpan saja dibagian anorganik, karena sampah organik cenderung lebih gampang untuk dikenali.

   Berhasil memilah sampah bukanlah bagian terakhir dari acara ‘pencerahan’ ini. Selanjutnya masuklah kedalam sesi untuk menjawab pertanyaan para ibu di sesi pertama. Yap, disesi ini para ibu diberi tahu bagaimana cara agar tidak menghasilkan sampah (khususnya sampah organik) dengan dikenalkannya Takakura dan Biopori. Para ibu bukan hanya dikenalkan seperti apa dan kegunaan dari takakura dan biopori, tapi ditunjukkan juga bagaimana cara membuat dan menggunakannya, juga diajak untuk mencoba menggunakannya.


   Ok, akhirnya para ibu pun berhasil mendalami ilmu tidak menghasilkan sampah dan mendekati akhir dari acara ‘pencerahan’ ini. “Belum selesai juga acaranya?” mungkin itu terlintas dibenak anda, menakjubkan bukan? karena inti dari acara ‘pencerahan’ ini tidak hanya sampai situ. Selanjutnya para ibu diajak untuk memilih majalah, menggunting gambar dan menempelkannya pada kertas HVS sebagai gambar yang mewakili tindak nyata para ibu yang akan dilakukan pada satu bulan kedepan yang berkaitan dengan pengurangan penggunaan sampah. Dan luar biasa seorang ibu menunjukan sebuah gambar sebuah produk pembalut dan berkata “Dalam satu bulan kedepan ketika saya dapet, saya akan mencoba untuk tidak lagi membeli pembalut tetapi menggunakan kain agar bisa dipakai ulang dan tidak menghasilkan sampah pembalut”. Tepuk tangan pun menjadi penghargaan untuk ibu tersebut dan Mba anil pun tersenyum lalu berkata “Bagus, memang benar pembalut dan popok itu sampah yang belum bisa didaur ulang. Tapi, tidak perlu lagi kembali kejaman dulu untuk menggunakan kain tapi udah ada produk pembalut yang bisa dipakai ulang. Yaahh modernan-lah.”

   Dengan dibuatnya komitmen para ibu selama satu bulan kedepan maka berakhirlah acara ‘pencerahan’ ini. Jadi apa bedanya dengan pelatihan sampah biasa? Ok, kesimpulannya adalah seperti ini. Sampah bukanlah masalah sesungguhnya yang kita hadapi tapi yang menjadi masalah utama adalah gaya hidup kita. Karena sampah hanyalah benda sedangkan pelakunya adalah kita, manusia, yang bersalah atas perlakuan kita terhadap sampah-sampah yang kita hasilkan. Maka diperlukan pengubahan gaya hidup untuk tidak menghasilkan sampah, menekankan pada satu point dari 3R (Reduce, Recycle and Reuse) yaitu Reduce. Karena dengan menggunakan Recycle dan Reuse tetap saja pada akhirnya akan menghasilkan sampah. Dengan adanya pengubahan mindset inilah yang menjadikan pelatihan Zero Waste Lifestyle tidak hanya menjadi acara pencerahan biasa, tetapi merupakan acara ‘pencerahan’ untuk tidak menghasilkan sampah.



Zero Waste...Hidup Sehat Tanpa Sampah