“ZERO WASTE...HIDUP SEHAT TANPA SAMPAH”
Pada tanggal 22
Juli 2012 di kelurahan Husein Sastranegara tepatnya di SD Pelita Jasa, telah
terjadi suatu ‘pencerahan’ luar biasa kepada ibu-ibu warga setempat. Bukan
karena ada acara keagaamaan, pemasangan listrik oleh PLN atau pembagian lampu
gratis. Tapi karena adanya pelatihan Zero
Waste Lifstyle yang diadakan oleh kerjasama antara YPBB (Yayasan
Pengembangan Biosains dan Bioteknologi) dengan Tim KKN Lingkungan Hidup UPI.
Kenapa pelatihan
ini sampai disebut ‘pencerahan’ (dikasih kutip, cetak miring dan tebal lagi)? Well, pelatihan yang berdurasi sekitar 3
jam ini berhasil memikat para ibu di RW 05 dan mengubah cara pandang mereka
kepada sampah-sampah hasil dari kehidupan mereka. Mba Anil dan Kak Rahyang dari
YPBB memulai cerita perjalanan sampah yang berkakhir di TPA (Tempat Pembuangan
Akhir) Leuwi Gajah, diperlihatkannya kondisi TPA yang nampak kotor, kumuh dan
menjijikan melalui pemutaran video. Lalu dengan diberikannya sebuah permainan
yang menarik dan ditunjukkannya bahwa sampah itu seperti bom yang dilemparkan
oleh seseorang kepada orang lain sehingga merugikan orang lain, maka agar tidak
merugikan orang lain harus dihentikan kebiasaan membuang sampah. Dan dengan
antusias luar biasa para ibu bertanya, “Gimana caranya???”. Lalu dengan bijak
Kak Rahyang berkata, “Tunggu sesi selanjutnya.”
Setelah
diberikan gambaran perjalanan sampah, dilanjutkan dengan pemberian materi untuk
membagi sampah kedalam dua bagian yaitu sampah organik dan anorganik. Lagi-lagi
para ibu diajak memainkan sebuah permainan agar dapat memilah sampah organik
dan anorganik, dan bukan menjadi hal mudah karena adanya sampah yang membuat
ibu-ibu tersebut kebingungan apakah sampah tersebut termasuk organik atau
anorganik. Lalu solusi diberikan oleh Mba Anil bahwa sampah yang tidak
diketahui asal muasal pembuatannya atau “unknown”
maka disimpan saja dibagian anorganik, karena sampah organik cenderung lebih
gampang untuk dikenali.
Berhasil memilah
sampah bukanlah bagian terakhir dari acara ‘pencerahan’ ini. Selanjutnya
masuklah kedalam sesi untuk menjawab pertanyaan para ibu di sesi pertama. Yap, disesi ini para ibu diberi tahu
bagaimana cara agar tidak menghasilkan sampah (khususnya sampah organik) dengan
dikenalkannya Takakura dan Biopori. Para ibu bukan hanya dikenalkan seperti apa
dan kegunaan dari takakura dan biopori, tapi ditunjukkan juga bagaimana cara
membuat dan menggunakannya, juga diajak untuk mencoba menggunakannya.
Ok, akhirnya
para ibu pun berhasil mendalami ilmu tidak menghasilkan sampah dan mendekati
akhir dari acara ‘pencerahan’ ini. “Belum selesai juga acaranya?” mungkin itu
terlintas dibenak anda, menakjubkan bukan? karena inti dari acara ‘pencerahan’
ini tidak hanya sampai situ. Selanjutnya para ibu diajak untuk memilih majalah,
menggunting gambar dan menempelkannya pada kertas HVS sebagai gambar yang
mewakili tindak nyata para ibu yang akan dilakukan pada satu bulan kedepan yang
berkaitan dengan pengurangan penggunaan sampah. Dan luar biasa seorang ibu
menunjukan sebuah gambar sebuah produk pembalut dan berkata “Dalam satu bulan
kedepan ketika saya dapet, saya akan
mencoba untuk tidak lagi membeli pembalut tetapi menggunakan kain agar bisa
dipakai ulang dan tidak menghasilkan sampah pembalut”. Tepuk tangan pun menjadi
penghargaan untuk ibu tersebut dan Mba anil pun tersenyum lalu berkata “Bagus,
memang benar pembalut dan popok itu sampah yang belum bisa didaur ulang. Tapi,
tidak perlu lagi kembali kejaman dulu untuk menggunakan kain tapi udah ada
produk pembalut yang bisa dipakai ulang. Yaahh
modernan-lah.”
Dengan dibuatnya
komitmen para ibu selama satu bulan kedepan maka berakhirlah acara ‘pencerahan’
ini. Jadi apa bedanya dengan pelatihan sampah biasa? Ok, kesimpulannya adalah
seperti ini. Sampah bukanlah masalah sesungguhnya yang kita hadapi tapi yang
menjadi masalah utama adalah gaya hidup kita. Karena sampah hanyalah benda
sedangkan pelakunya adalah kita, manusia, yang bersalah atas perlakuan kita terhadap
sampah-sampah yang kita hasilkan. Maka diperlukan pengubahan gaya hidup untuk
tidak menghasilkan sampah, menekankan pada satu point dari 3R (Reduce, Recycle and Reuse) yaitu Reduce.
Karena dengan menggunakan Recycle dan
Reuse tetap saja pada akhirnya akan
menghasilkan sampah. Dengan adanya pengubahan mindset inilah yang menjadikan pelatihan Zero Waste Lifestyle tidak hanya menjadi acara pencerahan biasa,
tetapi merupakan acara ‘pencerahan’ untuk tidak
menghasilkan sampah.
Zero Waste...Hidup Sehat Tanpa Sampah
0 komentar:
Post a Comment