Pada tanggal 22 April 2014 yang
bertepatan dengan peringatan hari Bumi, YPBB kembali mengadakan kegiatan acara
pelatihan Zero Waste Lifesyle (ZWL). Acara pelatihan Zero Waste Lifestyle kali
ini merupakan kegiatan kedua dari delapan agenda kegiatan pelatihan yang
diadakan oleh YPBB untuk delapan sekolah menengah atas dan kejuruan di kota
Bandung.
Acara pelatihan Zero Waste
Lifesyle yang diadakan YPBB ini adalah rangkaian kegiatan dari program Imagine
Bandung yang merupakan program dari My Oyeah dan XL. Selain acara pelatihan
zero waste lifesyle, nantinya akan ada juga beberapa kegiatan edukasi lainnya yang akan di ikuti oleh
peserta dari beberapa sekolah menengah dari kota Bandung dan ada juga kegiatan
yang akan dibuka untuk umum.
Pelatihan Zero Waste Lifestyle
yang berlangsung pada hari Selasa 22 April di ikuti oleh peserta dari SMAN 13
Bandung yang terdiri dari beberapa perwakilan guru diantaranya guru PLH, Kimia,
Caraka. Kemudian diikuti juga oleh beberapa perwakilan dari siswa yang
merupakan duta-duta kelas dan anggota Osis dari sekolah tersebut, dan tak
ketinggalan perwakilan dari kantin juga turut mengikuti acara pelatihan Zero
Waste Lifestyle yang digelar YPBB kali ini.
Acara dimulai sekitar pukul 09.45
WIB diawali ice breaking oleh perwakilan dari trainer YPBB yaitu Rikrik
Sunaryadi. Ice breaking tersebut lumayan membuat suasana peserta menjadi lebih
cair dan menumbuhkan semangat serta energi peserta untuk mengikuti pelatihan
selama 3 jam kedepan.
Selepas ice breaking, acara pun
dilanjut dengan perkenalan urban center
dari pihak Urban Center YPBB sebagai pihak yang menyediakan tempat pelatihan
yang disusul dengan pengenalan tentang YPBB dan perkenalan trainer sebagai
fasilitator yang akan membawakan materi pelatihan. Ada 3 fasilitator yang akan membawakan
materi dalam pelatihan tersebut, yaitu : Rikrik Sunaryadi, Jessisca Fam dan ibu
Linda. Acara perkenalanpun ditutup dengan perkenalan singkat dari para peserta.
Sesi pertama dalam pelatihan
tersebut diawali dengan materi tentang perjalanan sampah yang dibawakan oleh
Jessica Fam. Dalam sesi tersebut peserta diajak untuk menuliskan perjalanan
sampah mereka dari mulai dihasilkan sampai akhirnya sampah itu berakhir dimana.
Setelah selesai menuliskan perjalanan sampahnya, kemudian beberapa perwakilan peserta
mempresentasikan hasil dari perjalanan
sampah yang rata-rata berakhir di TPS (Tempat Pembuangan Sampah Sementara) dan
TPA (Tempat Pembuangan Sampah Akhir). Satu hal penting yang didapat dari sesi
tersebut adalah “membuang sampah ke tempat lain (TPS/TPA) sama dengan
memindahkan masalah” di tempat tinggal kita bersih dan aman dari tumpukan
sampah tetapi di TPA sampah tersebut menumpuk dan menjadi masalah bagi orang yang tinggal di sekitar
TPS/TPA, dan tidak menutup kemungkinan sebenarnya masalah tersebut akan kembali
kepada kita melalui makanan atau minuman yang kita konsumsi, karena dari sampah
yang menumpuk di TPS/TPA akan mulai mencemari lingkungan dengan racun yang
tersebar melalui tanah, Air dan udara.
Setelah peserta diberikan atau
diupgrade pemahaman tentang racun dan bahaya sampah, selanjutnya peserta mulai
diajak untuk mereview seberapa banyak sampah yang dihasilkan perhari dan jika
digabungkan, berapa banyakah sampah yang dihasilkan warga kota bandung dalam
setahun? Lalu jika dibandingkan dengan besarnya candi Borobudur, kira-kira
berapa kali besar candi borobudur kah sampah yang dihasilkan warga kota Bandung
pertahun? Tarnyata hasil data, sampah yang dihasilkan warga kota Bandung
pertahun sebanyak 55 kali besar candi Borobudur. Biaya pengangkutan sampah dari
TPS ke TPA perhari sekitar 100 juta perhari. WOW!!
Untuk mulai mengurangi produksi
sampah yang dihasilkan supaya tidak lagi sebesar 55 kali besar candi borobudur,
dan mulai mengurangi beban biaya kota Bandung untuk memindahkan sampah ke TPA,
Ibu Linda sebagai fasilitator mengajak peserta untuk mulai belajar dan
menerapkan gaya hidup zero waste mulai dari 2 langkah sederhana, yaitu : yang
pertama, memisahkan material sejak awal dan yang kedua manfaatkan material yang
sudah terlanjur dihasilkan. Tahapan tersebut dilakukan dengan cara 3R reduce,
reuse, recycle. jika langkah tersebut sudah bisa dijalankan maka langkah
selanjutnya mulai belajar ke tahap pengurangan, mengurangi konsumsi material
yang berpotensi menjadi sampah sehingga nantinya langkah yang paling utama,
dalam kehidupan kita tidak lagi menghasilkan sampah.
Setelah peserta mendapatkan semua
materi dalam pelatihan Zero Waste Lifestyle yang berdurasi 3 jam, diakhir sesi
peserta di ajak berkeliling urban center YPBB dengan dipandu oleh salah seorang
perwakilan dari pengelola urban center YPBB yaitu Muhamad Arif, tujuan dari
acara keliling urban center YPBB tersebut adalah untuk mengenalkan demontrasi
peralatan penunjang gaya hidup organis atau gaya hidup ramah lingkungan yang
ada di YPBB kepada peserta pelatihan khususnya dalam aspek zero waste. Ada
beberapa peralatan yang berfungsi sebagai alat untuk mengelola sampah organis
yang tersedia di YPBB, peralatan tersebut merupakan sarana edukasi bagi setiap
pengunjung yang datang ke urban center YPBB. Beberapa sarana tersebut
diantaranya adalah komposter takakura
dan biodigester yang keduanya adalah sebagai sarana untuk mengelola sampah
organis (sampah yang berasal dari hewan dan tumbuhan) tetapi di urban center
YPBB kedua sarana alat tersebut dikhususkan untuk mengelola sampah sisa makanan
atau sayuran.
Dengan berakhirnya penjelasan
biodigester dari Muhamad Arif maka berakhir pula rangkaian kegiatan dalam acara
pelatihan Zero Waste Lifestyle untuk SMAN 13 di hari tersebut. Semoga setelah
mendapatkan materi dari pelatihan Zero Waste Lifestyle, bapak dan ibu guru
serta perwakilan murid dari SMAN 13 Bandung bisa langsung belajar untuk
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dan mulai menerapkan di sekolah. Sehingga suatu saat
langkah kita menjadi langkah hidup yang “zero waste” dan SMAN 13 bandung
menjadi sekolah yang “zero waste”.
Semoga.(Entis)
0 komentar:
Post a Comment