Friday, April 25, 2014

Sampah Kota Bandung itu 55 Kali Candi Borobudur

Pada tanggal 22 April 2014 yang bertepatan dengan peringatan hari Bumi, YPBB kembali mengadakan kegiatan acara pelatihan Zero Waste Lifesyle (ZWL). Acara pelatihan Zero Waste Lifestyle kali ini merupakan kegiatan kedua dari delapan agenda kegiatan pelatihan yang diadakan oleh YPBB untuk delapan sekolah menengah atas dan kejuruan di kota Bandung.
Acara pelatihan Zero Waste Lifesyle yang diadakan YPBB ini adalah rangkaian kegiatan dari program Imagine Bandung yang merupakan program dari My Oyeah dan XL. Selain acara pelatihan zero waste lifesyle, nantinya akan ada juga beberapa kegiatan  edukasi lainnya yang akan di ikuti oleh peserta dari beberapa sekolah menengah dari kota Bandung dan ada juga kegiatan yang akan dibuka untuk umum.

Pelatihan Zero Waste Lifestyle yang berlangsung pada hari Selasa 22 April di ikuti oleh peserta dari SMAN 13 Bandung yang terdiri dari beberapa perwakilan guru diantaranya guru PLH, Kimia, Caraka. Kemudian diikuti juga oleh beberapa perwakilan dari siswa yang merupakan duta-duta kelas dan anggota Osis dari sekolah tersebut, dan tak ketinggalan perwakilan dari kantin juga turut mengikuti acara pelatihan Zero Waste Lifestyle yang digelar YPBB kali ini.




Acara dimulai sekitar pukul 09.45 WIB diawali ice breaking oleh perwakilan dari trainer YPBB yaitu Rikrik Sunaryadi. Ice breaking tersebut lumayan membuat suasana peserta menjadi lebih cair dan menumbuhkan semangat serta energi peserta untuk mengikuti pelatihan selama 3 jam kedepan.
Selepas ice breaking, acara pun dilanjut dengan perkenalan urban center  dari pihak Urban Center YPBB sebagai pihak yang menyediakan tempat pelatihan yang disusul dengan pengenalan tentang YPBB dan perkenalan trainer sebagai fasilitator yang akan membawakan materi pelatihan. Ada 3 fasilitator yang akan membawakan materi dalam pelatihan tersebut, yaitu : Rikrik Sunaryadi, Jessisca Fam dan ibu Linda. Acara perkenalanpun ditutup dengan perkenalan singkat dari para peserta.
Sesi pertama dalam pelatihan tersebut diawali dengan materi tentang perjalanan sampah yang dibawakan oleh Jessica Fam. Dalam sesi tersebut peserta diajak untuk menuliskan perjalanan sampah mereka dari mulai dihasilkan sampai akhirnya sampah itu berakhir dimana. Setelah selesai menuliskan perjalanan sampahnya, kemudian beberapa perwakilan peserta mempresentasikan  hasil dari perjalanan sampah yang rata-rata berakhir di TPS (Tempat Pembuangan Sampah Sementara) dan TPA (Tempat Pembuangan Sampah Akhir). Satu hal penting yang didapat dari sesi tersebut adalah “membuang sampah ke tempat lain (TPS/TPA) sama dengan memindahkan masalah” di tempat tinggal kita bersih dan aman dari tumpukan sampah tetapi di TPA sampah tersebut menumpuk dan menjadi  masalah bagi orang yang tinggal di sekitar TPS/TPA, dan tidak menutup kemungkinan sebenarnya masalah tersebut akan kembali kepada kita melalui makanan atau minuman yang kita konsumsi, karena dari sampah yang menumpuk di TPS/TPA akan mulai mencemari lingkungan dengan racun yang tersebar melalui tanah, Air dan udara.

Setelah peserta diberikan atau diupgrade pemahaman tentang racun dan bahaya sampah, selanjutnya peserta mulai diajak untuk mereview seberapa banyak sampah yang dihasilkan perhari dan jika digabungkan, berapa banyakah sampah yang dihasilkan warga kota bandung dalam setahun? Lalu jika dibandingkan dengan besarnya candi Borobudur, kira-kira berapa kali besar candi borobudur kah sampah yang dihasilkan warga kota Bandung pertahun? Tarnyata hasil data, sampah yang dihasilkan warga kota Bandung pertahun sebanyak 55 kali besar candi Borobudur. Biaya pengangkutan sampah dari TPS ke TPA perhari sekitar 100 juta perhari. WOW!!
 
Untuk mulai mengurangi produksi sampah yang dihasilkan supaya tidak lagi sebesar 55 kali besar candi borobudur, dan mulai mengurangi beban biaya kota Bandung untuk memindahkan sampah ke TPA, Ibu Linda sebagai fasilitator mengajak peserta untuk mulai belajar dan menerapkan gaya hidup zero waste mulai dari 2 langkah sederhana, yaitu : yang pertama, memisahkan material sejak awal dan yang kedua manfaatkan material yang sudah terlanjur dihasilkan. Tahapan tersebut dilakukan dengan cara 3R reduce, reuse, recycle. jika langkah tersebut sudah bisa dijalankan maka langkah selanjutnya mulai belajar ke tahap pengurangan, mengurangi konsumsi material yang berpotensi menjadi sampah sehingga nantinya langkah yang paling utama, dalam kehidupan kita tidak lagi menghasilkan sampah.
Setelah peserta mendapatkan semua materi dalam pelatihan Zero Waste Lifestyle yang berdurasi 3 jam, diakhir sesi peserta di ajak berkeliling urban center YPBB dengan dipandu oleh salah seorang perwakilan dari pengelola urban center YPBB yaitu Muhamad Arif, tujuan dari acara keliling urban center YPBB tersebut adalah untuk mengenalkan demontrasi peralatan penunjang gaya hidup organis atau gaya hidup ramah lingkungan yang ada di YPBB kepada peserta pelatihan khususnya dalam aspek zero waste. Ada beberapa peralatan yang berfungsi sebagai alat untuk mengelola sampah organis yang tersedia di YPBB, peralatan tersebut merupakan sarana edukasi bagi setiap pengunjung yang datang ke urban center YPBB. Beberapa sarana tersebut diantaranya adalah  komposter takakura dan biodigester yang keduanya adalah sebagai sarana untuk mengelola sampah organis (sampah yang berasal dari hewan dan tumbuhan) tetapi di urban center YPBB kedua sarana alat tersebut dikhususkan untuk mengelola sampah sisa makanan atau sayuran.

Dengan berakhirnya penjelasan biodigester dari Muhamad Arif maka berakhir pula rangkaian kegiatan dalam acara pelatihan Zero Waste Lifestyle untuk SMAN 13 di hari tersebut. Semoga setelah mendapatkan materi dari pelatihan Zero Waste Lifestyle, bapak dan ibu guru serta perwakilan murid dari SMAN 13 Bandung bisa langsung belajar untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dan mulai  menerapkan di sekolah. Sehingga suatu saat langkah kita menjadi langkah hidup yang “zero waste” dan SMAN 13 bandung menjadi sekolah yang “zero waste”.
Semoga.(Entis)

0 komentar: